Selasa, 08 Desember 2009

Ekonomi Petani "Ndeso" Budi Dharmawan

wadukSebagian orang menganggap Budi Dharmawan sebagai sosok nyeleneh. Pada usia hampir 73 tahun ia justru sibuk masuk-keluar desa. Ia mengumpulkan donasi dari kolega dan membangun embung atau waduk kecil buatan di desa terpencil. Baginya, tindakan nyeleneh itu hanya pemantik awal menggugah kembali rasa senasib sepenanggungan yang memudar.

Budi Dharmawan tak sekadar berwacana. Bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Yayasan Obor Tani, dia sudah menunjukkannya dengan membangun embung buatan di Desa Genting, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Beberapa tokoh yang berkunjung, seperti mantan Gubernur Jakarta Sutiyoso, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, dan Wakil Gubernur Jawa Tengah Rustriningsih, menyuarakan kekagumannya.

Embung di puncak bukit itu memiliki volume 8.000 meter kubik. Adapun di lahan sekitar 20 hektar yang mengelilingi embung tersebut tertanam sekitar 4.000 batang pohon kelengkeng itoh. Ada sekitar 120 keluarga pemilik yang mengurus lahan itu. Saat musim kemarau seperti saat ini tanaman itu dengan mudah mendapat air hasil ”menabung” selama musim hujan.

Padahal, sebelum dibangun embung pada Juli 2008, bukit tersebut tandus. Warga hanya memanfaatkan lahan untuk menanam singkong atau pisang. Hasilnya tak cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sebagian besar pemuda desa kemudian menjadi buruh penebang pohon atau merantau sebagai kuli bangunan dan buruh pabrik.

Kini sebagian dari mereka kembali ke desa untuk mengolah lahan. Setiap pekerjaan yang mereka lakukan mendapat upah, yang jumlahnya bervariasi, dari Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per hari.

Selama tiga tahun warga mendapat pendampingan dari Yayasan Obor Tani. Mereka baru ”dilepas” setelah memiliki jaringan pasar dan para petani bisa mendapat penghasilan bersih lebih dari Rp 1 juta per bulan.

Untuk mewujudkan hal itu, adik ekonom Kwik Kian Gie yang juga sering dipanggil Kwik Kian Djin ini mengumpulkan dana sekitar Rp 1 miliar dari sejumlah pengusaha kenalannya. Dana itu digunakan untuk membuat waduk dan program pengembangan sentra kelengkeng di Genting. Sampai kelengkeng bisa berbuah pada tahun ketiga diperlukan dana Rp 1,5 miliar.

”Kalau nombok, itu memang harus ada supaya kegiatan bisa berjalan,” tutur Budi dalam perbincangan di Hortimart, perkebunan buah miliknya di Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, pekan lalu.

Budi mengaku sengaja memilih buah sebagai komoditas yang didorong karena merasa produk ini paling memungkinkan para petani memiliki penghasilan mencukupi. Apabila memilih pertanian pangan, petani hanya bisa sekadar hidup karena berhadapan dengan pemerintah yang berupaya menekan harga pangan.

Sementara itu, bila memilih komoditas pertanian industri, menurut dia, petani akan tetap hidup seadanya, sedangkan perusahaan terus bertambah kaya.

Pertanian tegalan

Awalnya Budi menggagas pembentukan Yayasan Obor Tani pada tahun 2006. Menelurkan program pemberdayaan ini tak lepas dari keprihatinannya menyaksikan kondisi petani tegalan di pedesaan.

Selama ini pemerintah memberi porsi besar untuk pertanian sawah. Begitu banyak waduk raksasa dibuat. Namun, sebaliknya dengan pertanian tegalan. Para petani tegalan tidak terlatih untuk menghasilkan produk, baik secara kuantitas maupun kualitas.

”Hal lain yang membuat miris adalah banyak sekali buah-buahan impor di Indonesia. Bahkan buah impor itu sudah merambah hingga kota-kota kecamatan. Apakah kita tidak bisa menghasilkan buah berkualitas? Bisa! Iklim mendukung, curah hujan mencukupi, tanah kita juga subur,” tuturnya.

Dia memimpikan, dengan pola pengembangan satu sentra buah di satu desa, buah-buah lokal yang berkualitas bisa kembali berjaya. Tentu hal ini juga memberi pekerjaan bagi penduduk desa dan meningkatkan daya beli mereka.

Oleh karena itu, Budi berupaya menggapai impiannya itu dengan mengajak perusahaan yang berhasil untuk membantu orang-orang desa.

”Bangsa Indonesia itu dibangun atas dasar rasa kekeluargaan dan senasib sepenanggungan. Bukan atas dasar suku, agama, atau golongan. Ada banyak pengusaha kaya, tetapi banyak juga masyarakat desa yang miskin. Tak ada salahnya mereka yang kaya membantu yang miskin. Kalau daya beli masyarakat desa naik, tentu perusahaan dapat manfaat juga,” tutur Budi.

Pola pikir Budi tersebut kerap dipertanyakan kakaknya, Kwik Kian Gie. Meski memiliki tujuan akhir yang sama, mereka memilih jalan berbeda. Kwik Kian Gie mencoba memperbaiki kondisi bangsa dengan masuk ke pusat kekuasaan, tetapi, kata Budi, kakaknya seperti memegang sakelar dan ingin menghidupkan rangkaian lampu yang ternyata rusak. Sulit dilakukan.

Dia sendiri mengibaratkan tindakannya itu seperti memperbaiki dan menghidupkan satu rangkaian lampu. Dengan harapan, setelah lampu ini menyala akan banyak yang turut melakukan hal serupa.

Budi mengaku tidak punya keinginan terselubung. Dia merasa sudah menjadi pengusaha sukses. Selama menjalankan program ini dia juga mengaku tidak pernah merasa kecewa. Apa sebabnya?

”Ini karena saya menganggap semua itu dilakukan untuk diri saya sendiri, bukan orang lain. Ini untuk memenuhi impian saya sehingga saya tidak akan menyesal,” tutur laki-laki yang sempat mengabdi sebagai perwira Angkatan Laut itu.

Hal itu pula yang membuat dia tidak ambil pusing dengan berbagai kendala yang dihadapi. Termasuk saat program di Desa Genting tersebut nyaris terhambat karena ada pejabat di Kabupaten Semarang yang berjanji memberi bantuan pipa paralon untuk jaringan penyiraman tanaman. Berbulan-bulan janji tinggal janji. Budi yang mengetahui bahwa stafnya menunggu perwujudan janji tersebut langsung meminta pipa paralon segera dibeli, tanpa menunggu janji yang belum jelas itu.

Dia berharap, apa yang dilakukannya, meski kecil, bisa disambut banyak pihak. Hingga akhirnya percikan impian itu bisa betul-betul terwujud dan masyarakat desa mandiri. Bukankah kemakmuran desa juga berarti kemakmuran bagi kota dan akhirnya kemakmuran bagi bangsa? (Antony Lee)

Biodata

• Nama: Budi Dharmawan atau Kwik Kian Djin • Lahir: Juwana, Pati, 26 November 1936 • Istri: Indrasari Tjokrodjojo (71) • Anak: - Angki Lestari Dharmawan (45) - Lisa Ambarwati Dharmawan (43) - Arya Budi Dharmawan (41) • Pendidikan: - Sarjana Teknik Mesin ITB, 1961 - Sarjana Muda Administrasi Niaga Unpad, 1961 • Pekerjaan: Direktur Utama PT Cengkeh Zanzibar • Organisasi: - Ketua Umum Yayasan Obor Tani - Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Jawa Tengah - Ketua Pengurus Yayasan Pembina Pendidikan 17 Agustus 1945, Semarang - Ketua Dewan Pertimbangan Yayasan Pendidikan Karangturi Semarang - Ketua Umum Yayasan Dana Olahraga Jawa Tengah.
Berita direlay, dari Harian KOMPAS

Kamis, 30 Juli 2009 | 03:22 WIB

Rabu, 15 Juli 2009

Meneg BUMN Sofyan Djalil Salurkan CSR Pertamina dan PLN untuk Sentra Pemberdayaan Tani

Meneg Sofyan Djalil Salurkan CSR melalui Yayasan Obor Tani

Corporate Social Responsibilitiy (CSR) saat ini telah menjadi kesadaran setiap perusahaan di Indonesia. CSR dapat diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan, adalah suatu komitmen yang berkelanjutan dari suatu perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi secara positif kepada karyawannya, komunitas dan lingkungan sekitarnya, serta masyarakat luas.

Masih tingginya kemiskinan di Indonesia, terutama di pedesaan, dimana mayoritas penduduk miskin tersebut adalah para petani. Kenyataan itulah yang menjadi agenda Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, pada Minggu, 5 Juli 2009, untuk berdiskusi dengan para pengurus Yayasan Obor Tani di Agrowisata Buah Unggul Plantera-Kab. Kendal. Pertemuan tersebut ditujukan untuk memberikan prespektif alternatif Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang akan memberikan CSR di bidang pertanian. CSR dapat dipergunakan untuk mempertipis gap kemiskinan dan kesenjangan sosial di dalam masyarakat.

Jumat, 10 Juli 2009

Memakmurkan Desa dengan Sentra Pemberdayaan Tani

Peresmian SPT Desa GEnting

Sentra Pemberdayaan Tani adalah sebuah model pemberdayaan tani secara utuh, yang dilakukan oleh Yayasan Obor Tani dengan memberikan hibah murni untuk desa senilai Rp 1,4 milyar. Di desa tersebut dibangun Sentra Pemberdayaan Tani, termasuk didalamnya waduk ini tadah hujan, kebun buah seluas 20 hektar, kebun pembibitan, asrama untuk pusat pemagangan petani, lengkap dengan Supply Center, Training Center dan Riset Center.

Rabu, 27 Mei 2009

Rekor! Durian Monthong Terberat di Indonesia: 13,8 Kg!

P.Budi rekor durian

KENDAL-Tanah di Indonesia benar-benar subur. Jika dikelola dengan baik, maka bisa menghasilkan produk pertanian yang berkualitas tinggi. Salah satunya telah dibuktikan oleh PT. Cengkeh Zanzibar. Bersama kelompok petani binaannya di kebun durian Montong Desa Kalisidi Kabupaten Semarang, telah dihasilkan durian yang mungkin terberat di Indonesia.

Dipanen Durian Monthong Raksasa Indonesia: 13,8 Kg


Obortani & Rekor Duren


Ukuran tak lazim varietas legendaris durian monthong asal Thailand baru saja berhasil dipanen di Plantera kebun buah Kalisidi Kecamatan Gunungpati Semarang. Tak tanggung-tanggung, komoditas buah yang memiliki produktivitas serta keawetan tinggi ini memiliki bobot 13,8 kilogram dengan lima juring. Berat ini tentu saja diatas rata-rata monthong normal yang kisarannya hanya 4-5 kg. Bahkan dari plantera milik pengusaha perkebunan Budi Darmawan ini, varietas monthong berukuran di atas standar paling hanya berbobot 11 kg, 9 kg, atau 7 kg.


Minggu, 12 April 2009

Melon Apollo dari Patebon Masuk MURI

Rekor melon Apollo 4,37 kg

Melon hasil kebun Ir Harsono Enggal Harjo, salah seorang donatur Yayasan Obor Tani, menciptakan rekor buah melon Apollo terberat di Indonesia, dengan support teknis dari Yayasan Obor Tani. Melon jenis Apollo yang ditanam di kebun buah di Dusun Soponyono, Desa Wonosari, Kecamatan Patebon, Kendal ini setelah ditimbang diketahui mempunyai berat 4,37 kg. Rekor ini melengkapi rekor melon Honey Globe terberat sebelumnya yakni 4,25 kg yang ditanam petani binaan Yayasan Obor Tani di Wonokerto Bancak, Kab. Semarang, yang rekornya tercatat pada 27 November 2007. Baik Apollo maupun Honey Globe adalah sama-sama melon ekslusif jenis baru yang berkulit halus tanpa jala (net). Kalau Apollo berkulit kuning, Honey Globe ber kulit hijau.

Rekor Obor Tani, Melon Honey Globe 4,26 Kg

P.Budi dan Rekor MURI

Petani desa binaan Yayasan Obor Tani yang sebagian besar kader-kader muda di Desa Wonokerto, Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang berhasil membudidayakan melon dari varietas Honey Globe hingga mencapai berat 4,26 kilogram per buahnya. Tidak hanya ratusan bahkan ribuan buah melon yang beratnya rata-rata di atas 3 kg ini, menjadi melon paling berat dan besar yang pernah ditanam dan tumbuh di tanah Indonesia.

Jumat, 27 Maret 2009

Waduk Mini Penyelamat Ladang Petani

Oleh: Pratomo, SP *)



Air adalah salah satu faktor penentu keberhasilan pertanian. Tanpa air, jangan berharap tanaman bisa tumbuh apalagi panen. Problematika air pada musim kemarau di Indonesia khususnya Jawa Tengah sampai dengan jaman "Bali Deso Mbangun Desa" saat ini belum juga terselesaikan. Seperti cerita tantangan Columbus -pengeliling dunia- tentang bagaimana cara membuat telur rebus bisa berdiri, masalah air ini sebenarnya juga mudah kalau sudah tahu caranya. Jawabannya adalah dengan membangun waduk mini.


_________________



P.Budi dan P.Gatot di WadukPERTANIAN menurut tingkat ketersediaan air dibagi menjadi dua yaitu: Pertanian persawahan dengan irigasi cukup dan petanian pertanian ladang lahan kering yang hanya mengandalkan hujan. Pertanian sawah sudah pernah diurus pemerintah dengan baik pada rentang tahun 1970-1980-an dengan membangun sarana dan prasarana irigasi pertanian termasuk waduk-waduk berskala besar, berikut saluran air dari mulai saluran primer hingga tersier, didukung pemenuhan tenaga penyuluh pertanian dengan jumlah dan kompetensi yang cukup, dibangunkan balai benih dan pabrik pupuk yang kredibel, Kredit Usaha Tani yang nggenah, Program Intensifikasi Pertanian, Panca Usaha Tani dan pembinaan kelompok tani yang tepat, membuat pada era tersebut pertanian Indonesia meraih masa keemasan dengan berhasil swasembada pangan.

Waduk MiniSampai kemudian korupsi yang mulai merajarela di akhir 1980-an hingga saat ini, merampas hak-hak petani untuk men­dapatkan air. Waduk-waduk raksasa seperti Jatiluhur, Mrica, Sempor, Karang­kates, Kedungombo beserta infrastruktur yang sudah dibangun susah payah itu, kini tak lagi terpelihara dengan baik. Sedimentasi akut telah mendangkalkan sekaligus mengurangi daya tampung air waduk-waduk besar tersebut.

Hidram, Pompa Air tanpa Listrik dan BBM


Oleh: Pratomo, SP *)


Baru-baru ini ada iklan bantuan instalasi air bersih dan pompa air di Nusa Tenggara Timur dari program Corporate Social Responsibility (CSR) sebuah produsen air mineral ternama. Tampak seseorang memukul pemberat klep untuk menghidupkan pompa air. Itulah pompa hidram sebuah teknologi pompa air tanpa listrik dan BBM. Dengan semakin mahalnya bahan bakar, energi dan isu lingkungan membuat pompa Hidram semakin relevan.


---------------------



Ruwadi Memperbaiki Hidram

Sesuai hukum gravitasi, air selalu mengalir dari tempat tinggi menuju yang lebih tempat rendah. Sepertinya mustahil kalau harus menaikkan air dari sumber atau alirannya menuju tem­pat yang lebih tinggi, tanpa bantuan energi listrik atau bahan bakar minyak (BBM).

Tetapi apabila suatu ketika Anda ber­kun­jung ke perkebunan teh di Pur­wa­karta-Jawa Barat atau perkebunan jambu air di Singorojo, Kendal-Jawa Tengah, Anda akan melihat bagaimana air dialirkan dari sungai yang berada di hilir, naik mendaki perbu­kitan dengan selisih keting­gian hingga puluhan meter, yang berjarak ratusan meter, antara rumah pompa dengan tandon air di puncak bukit. Semua itu digerakkan oleh sebuah pompa, hebatnya lagi pompa itu tidak digerakkan oleh motor listrik atau motor bakar dengan BBM.

Perempuan di Blok-blok Perkebunan


Oleh : Pratomo, SP *)



Suwarga nunut, Neraka katut. Mungkin kiasan itu cocok menggambarkan kehidupan perempuan-perempuan di sekitar wilayah perkebunan. Terjemahan bebasnya adalah: Jika dalam kondisi enak (surga) perempuan boleh nunut (membonceng), kalau yang dinunuti (laki-laki) memperbolehkan. Tapi kalau dalam kondisi sengsara (neraka), perempuan mau nggak mau, pasti harus ikut (katut).


_______________



Sebelum menelaah kehidupan kaum perempuan di sekitar wilayah perkebunan, ada baiknya kita masuk terlebih dahulu ke wilayah etika yang mendasari suatu pembangunan budaya dalam masyarakat. Mengacu pada Carol Gilligan pencetus etika kepedulian (ethic of care) -tokoh feminis tahun 1970, di dalam bukunya Different Voice, menyatakan bahwa perempuan memiliki etika yang berbeda dari pria. Etika pria adalah etika yang secara rasional di dasarkan pada penetapan hak dan kewajiban. Etika pria tersebut ditujukan untuk membentuk "subjek yang otonom", yaitu subyek yang mandiri dalam berfikir dan bertindak mengambil keputusan sendiri tanpa didikte oleh orang lain. Karena itulah etika pria disebut etika keadilan.

mandor kebun teh

Masih dalam buku yang sama, dinyatakan oleh Gilligan, karena perempuan bisa hamil dan melahirkan anak, maka perempuanlah yang dianggap harus membesarkan anak, disinilah terbukti bahwa etika keadilan yang didasarkan pada "hak dan kewajiban" tidak cocok untuk perempuan. Karena mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkan anak bukan soal "hak dan kewajiban", melainkan soal "kepedulian". Sejak pernyataan Gilligan itulah etika kepedulian mulai mendapat pengikut, karena di dalam etika kepedulian-lah terdapat: keadilan. (Donny Danardono, 2009).

Kamis, 26 Maret 2009

Alat-alat Pengering Energi Matahari Sederhana

Memenuhi permintaan pembaca, berikut ini kami tampilkan Alat-alat Pengering Sederhana yang menggunakan Energi Matahari sebagai sumber panas utama.

1. Pengering Energi Matahari Sederhana

STD1

Solar Tunnel Driyer, Pengering Pangan Efisien dan Higenis

Produk pangan kita yang diproses dengan cara dikeringkan -beras, palawija, ikan asin, manisan buah- masih jauh dari impian produk pangan yang memenuhi standar pengolahan pangan yang aman dan higenis. Sebuah teknologi pengeringan bertenaga matahari, menyediakan peluang untuk meraih impian keamanan pangan -food safety- tersebut.


Namanya Solar Tunnel Driyer.



--*****---



Peraturan keamanan pangan dunia sudah semakin banyak diratifikasi dan diterapkan secara penuh oleh negara-negara yang peduli terhadap keamanan pangan untuk rak­yatnya. Di Indonesia standar keamanan pangan masih diterapkan secara sporadis oleh industri pangan besar. Pengolahan pangan pada skala rakyat -penyuplai pangan terbesar- boleh dikata mengabai­kan standar keamanan pangan. Ini terjadi karena "peradaban pangan" kita memang masih sampai pada tahap itu. Akibatnya saat produk pangan kita akan diekspor ke luar negeri banyak yang dikembalikan karena tidak memenuhi standar keamanan pangan. Berita buruk ini akan bertambah apabila pasar bebas sudah dimulai, produk asing dengan standar kemanan pangan masuk, habislah daya saing kita.

Alat Pengering STD

Rabu, 11 Februari 2009

Mengurai Problematika Pertanian, Menemukan Kunci Kemakmuran Bangsa

Catatan Akhir Tahun Pertanian Indonesia


Semaju dan sehebat apapun sebuah negara, pasti menyelesaikan terlebih dahulu urusan pangan. Tak terkecuali Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Cina dan Rusia. Tanpa bisa memberi makan rakyatnya segala industri dan teknologi tinggi tidak akan ada artinya. Salah satu fondasi dan pilar utama pangan adalah pertanian, dimana negara-negara maju tersebut di atas mempunyai fondasi yang sangat kuat di bidang pertanian. Kemudian bagaimana pertanian Indonesia, khususnya Jawa Tengah? Tulisan ini akan memberikan gambaran problema dan formula solusi keterpurukan pertanian Indonesia, yang seringkali luput dari mata presiden, menteri, para pemimpin daerah, dan departemen serta dinas-dinas terkait dalam pertanian. Padahal sebagai negara tropis, peluang bidang pertanian sangat luar biasa, termasuk sebagai senjata utama untuk mengalahkan kemiskinan untuk memakmurkan bangsa. Bagaima bisa? Berikut solusi permaparan kami, yang hanya bisa dilaksanakan oleh Negarawan bukan politisi.


Oleh: Pratomo, SP *)


Superioritas Jambu Biji & Buah Naga sebagai Pangan Fungsional Lengkap

Oleh: Pratomo




Kebun Buah Naga
Selain memerlukan ansupan gizi -protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral- untuk menunjang kehidupan dan kesehatan sehari-hari, tubuh kita juga memerlukan kandungan zat aktif dalam 'Pangan Fungsional'. Zat aktif tersebut antara lain adalah: Antioksidan dalam asam asorbat, karoten dan anthocyanin, serta serat pangan dalam bentuk pektin. Di antara buah-buahan dan sayur-sayuran, ternyata jambu biji dan buah naga menempati peringkat teratas sebagai buah penyedia manfaat dari pangan fungsional.


Selasa, 06 Januari 2009

Membuahkan Tanaman di Luar Musim




Oleh: Pratomo, SP *)



Lengkeng 3 tahun berbuah


Rahasia memunculkan buah-buahan di luar musimnya hanya diketahui oleh sedikit orang. Padahal sangat banyak orang yang sangat ingin mengetahui teknologi ini, termasuk Anda. Dari sedikit orang yang tahu rahasia tersebut, hanya sebagian kecil yang mengerti persis teknologi ini dan menerapkan­nya dengan tepat. Banyak kejadian setelah pohon berhasil dibuahkan dengan lebat, tapi kemudian pertumbuhannya merana bahkan mati. Rahasia ini akan bagikan agar pohon buah dan pekebun yang menjadi "korban" dapat dikurangi. Berikut ini "rahasia" tersebut dipaparkan.